A.
Dasar Teori
Gamet
dihasilkan dalam gonad. Gamet jantan spermatozom dihasilkan dalam gonad jantan,
disebut testis. Gamet betina ovum dihasilkan dalam gonad betina, disebut
ovarium. Tahap perbanyakan (polifrasi) berlangsung secara mitosis
berulang-ulang. Gametagonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan
seterusnya. Gametogonium ini akan tumbuh, menjadi gametosit I. Gametosit I akan
mengalami tahap pematangan, berlangsung secra miosis. Akhir miosis I membentuk
gametosit II, perubahan berbentuk (transformasi) menjadi gamet (Yatim, 1994).
Gametogenesis adalah proses pembentukan
gamet, dikenal 2 tipe yaitu (1)spermatogenesis yang berlangsung pada ginad
(testis) hewan jantan dan hasilnya adalh sperma (2) oogenesis yang berlangsung
pada ovarium hewan betina dan hasilnya adalah ovum (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Gametogenesis
dikontrol oleh hormon yang digetahkan tiga organ berikut: hipotalamus,
hipofisa, dan gonad. Hipotalamus adalah bagian dasar otak yang berada di atas
hipofisa. Kelenjar ini mengontrol pekerjaan gonad lewat pengontrolan hipofisa.
Hipofisa menghasilkan hormon gonadotropin, yang bekerja mengontrol pekerjaan gonad.
Selain menghasilkan gamet, gonad juga menghasilkan hormon kelamin: testosteron
pada jantan, estrogen pada betina (Yatim, 2001).
Menurut
Adnan (2008), gametogenesis melibatkan sejumlah perubahan-perubahan, baik pada
kromosom maupun pada sitoplasma. Seumlah perubahan-perubahan tersebut bertujuan
untuk:
1. Mengurangi
jumlah kromosom menjadi setengah jumlah normal dalam sel somatik melalui
pembelahan meiosis. Pembelahan meiosis dimasukkan agar individu baru yang
dihasilkan tidak memiliki jumlah kromosom yang lipat dua kali dari induknya.
2. Mengubah
bentuk sel-sel kelamin sebagai persiapan untuk pembuahan. Sel kelamin pria
mula-mula besar dan bulat, praktis kehilangan semua sitoplasmanya dan membentuk
kepala, leher dan ekor. Sel benih wanita sebaliknya berangsur-angsur menjadi
lebih besar akibat terjadinya prtambahan sitoplasma. Pada saat mencapai
kematangan, oosit kira-kira berukuran 120 µm.
Spermatogenesis dimulai dengan pembuahan spermatogenium menjai sel yang
lebih besar yang disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah(pertama
secara mitosis) menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, yang kemudian
mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar pula.
Spermatid ini adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah sitoplasma, merupakan
gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Suatu proses pembuahan dan
diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan pembelahan sel. Mengubah
spermatid menjadi sperma yang fungsional. Ovum atau telur berkembang dalam
ovarium dalam sel kelamin yang belum dibuahi yaitu oogenium. Dalam perkembangan
awal, oogenium mengalami banyak pembelahan meiosis yang berurutan untuk
membentuk oogenium tambahan yang kesemuanya mempunyai jumlah kromosom yang
haploid. Beberapa atau semua oogonium berkembang menjadi oosit primer dan
memulai pembelahan meiosi pertama (Barnes, 2005).
Oogenesis
berbeda dari spermatogenesis dalam tiga hal penting. Pertama, selama pembelahan
miosis oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hampir
semua sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder. Sel besar
tersebut dapat terus berkembang menjadi ovum; produk lain miosis, yaitu sel
yang lebih kecil yang disebut badan polar (polar body) akan mengalami
degenerasi. Hal tersebut berbeda dari spermatogenesis, ketika keempat produk
miosis I dan II berkembang menjadi sperma yang dewasa. Kedua, sementara sel-sel
asal sperma berkembang terus membelah melalui mitosis sepanjang hidup
laki-laki, hal ini tidak berlaku bagi oogenesis pada betina. Saat lahir,
ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi telur. Ketiga,
oogenesis mempunyai periode “istirahat” yang panjang, berlawanan dengan
spermatogenesis yang menghasilkan sperma dewasa dari sel prekursor dalam urutan
yang tidak berhenti (Campbell, 2010).
Proses yang bersangkutan dengan perkembangan spermatozoa
terdiri dari (1) suatu reduksi pengurangan dalam jumlah kromosom dari jumlah
diploid atau jumlah somatik (46 pada manusia) menjadi jumlah haploid atau
jumlah sel benih (23 pada manusia) dan (2) pembentukan sel motil (yang dapat
bergerak) yang memanjang dan berekor dari spermatogenia primitif yang berbentuk
bulat telur (Bevelander, 1998).
Seperti halnya pada testis, maka strukrur ovarium sangat
beraneka ragam. Pada sejumlah hewan, terutama vertebrata, oogonium dan oosit
sdikelilingi oleh selapis sel folikel. Pada manusia hal ini terjadi pada awal
perkembangan fesus dan menjelnag bulan ketiga oogenium mulai berkembang menjadi
oosit sekunder (Villee, 1984)
Dalam
tahap pertama perkembangan folikel terjadilah folikel primer yang berasal dari
satu sel epitel benih yang membelah diri. Sel yang nantinya aka menjadi ovum
(telur) berada di tengah-tengah dikelilingi oleh sel-sel kecil hasil pembelahan
tadi. Sel-sel kecil ini merupakan lapisan sel yang tebal yang disebut membrane
granulose. Folikel perimer ini kebanyakan berada langsung di bawah kulit
ovarium yang tipis sekali dan disebut tunika albuginea. Folikel primer ini
dapat dibedakan dari folikel sekunder dari letaknya dan membrane yang
membungkus ovumnya. Folikel primer terletak dekat atau melekat pada permukaan
ovarium dan ovanya tidak terbungkus oleh membrane viteline (Partodiharjo,
1987).
B.
Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari proses pembentukan sel kelamin jantan
dan betina melalui pengamatan preparat histologi.
C.
Prosedur Kerja
1. Mengamati
preparat testis di bawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran lemah dan
pembesaran kuat.
2. Menggambar
sebuah tubulus seminiferus beserta sel-sel germa yang berkembang di dalamnya.
3. Mengamati
preprat ovarium di bawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran lemah dan
pembesaran kuat.
4. Menggambar
masing-masing folikel telur yang berkembang di dalamnya dan menyebutkan
bagian-bagiannya dengan lengkap.
D.
Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pertama pada preparat histologi testis mencit jantan
Proses Spermatogenesis
Gambar Pengamatan
|
Keterangan
|
|
1. Spermatogonium
2. Mitosis
3. Spermatosis primer
4. Miosis I
5. Spermatosis sekunder
6. Miosis II
7. Spermatid
8. Sperma
|
Spermatozoa
Gambar Pengamatan
|
Gambar Pembanding
|
Keterangan
|
|
|
1. Akrosom
2. Nukleus
3. Sentriol
4. Mitokondria
5. Ekor
6. Leher
7. Kepala
|
2. Pengamatan kedua pada preparat histologi ovarium mencit betina
Proses Oogenesis
Gambar Pengamatan
|
Keterangan
|
|
1.
Oogonium (diploid)
2.
Mitosis
3.
Oosit primer
4.
Miosis I
5.
Oosit sekunder
6.
Polar I
7.
Miosis II
8.
Ootid (haploid)
9.
Polar II
10. Ovum (haploid)
|
Folikel Ovum
Gambar Pengamatan
|
Gambar Pembanding
|
Keterangan
|
|
|
1. Folikel primer
2. Folikel sekunder
3. Folikel tersier
4. Folikel de graaf
|
E.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami mengamati prose pembentukan gamet yaitu
spermatogenesis pada hewan jantan dengan
mengamati preparat histologist testis mencit jantan dan
oogenesis pada hewan betina dengan mengamati preparat awetan ovarium mencit betina.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa gametogenesis merupakan
pembentukan sel kelamin, dimana pembentukan sperma disebut spermatogenesis dan
pembentukan ovum disebut oogenesis.
Adapun tahap-tahap pembentukan spermatogenesis dan oogenesis pada menci (Mus musculus) adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan pertama pada preparat histologi testis mencit jantan
Pengamatan
terhadap preparat histologi testi mencit, dapat kita amati bagian-bagiannya
yaitu tubulus seminiferus. Dimana pada bagian tubulus seminiferus tersebut
dapat diamati bagian lumen, sel-sel spermatosit dan sperma. Spermatogenesis
berlangsung di dalam testis tepatnya pada dinding tubulus seminiferus. Proses
spermatogenesis berlangsung dari tepi ke bagian dalam (lumen). Maka sesuai dengan teori dari Adnan dan Mu’nisa (2013), tahapan proses spematogenesis adalah sebagai berikut:
a) Spermatogonium yaitu sel-sel yang mengawali proses spermatogenesis dan berasal dari
sel-sel kecambah (germinal) primordial testis embrio. Sel ini berada pada
bagian basal dinding tubulus semineferus dan memiliki ukuran
relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet
di dekat/melekat pada membran basalis.
b) Spermatosit
Primer yaitu sel-sel
spermatogonium yang berdifferensiasidan memiliki ukuran paling
besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dari membrane
basalis.
c) Spermatosit Sekunder yaitu sel-sel yang berasal dari differensiasi spermatosit primer
dan memiliki ukuran
agak kecil (setengah kali dari spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih
kuat, letak makin menjauhi membrane basalis (mendekati lumen).
d) Spermatid yaitu sel-sel yang berasal dari differensiasi spermatosit sekunder dan
memiliki ukuran
kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di
dekat lumen.
e) Spermatozoid:
Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat
di dalam lumen, sel-sel sertoli berperan memberi nutrisi bagi
spermatozoa.
Selain proses spermotogenesis yang diamati, kami juga mengamati spermatozoa
yang dihasilkan oleh spermatogenesis dari testis mencit jantan, dimana
bagian-bagiannya yaitu kepla, leher, ekor, akrosom, sentriol. mitokondria dan
nukleus.
2. Pengamatan kedua pada preparat histologi ovarium mencit betina
Oogenesis adalah
proses pembentukan gamet betina atau sel telur yang berlangsung di dalam gonad
betina atau ovarium. Mula-mula oogenia mengalami poliferasi secara mitosis,
kemudian tumbuh menjadi oosit primer lalu memasuki tahapan pematangan (miosis).
Pembelahan miosis pertama menghasilkan satu sel spermatosit sekunder, dan satu
sel polosit atau badan polar pertama. Pada pembelahan miosis kedua, oosit
sekunder membelah menghasilkan satu sel ootid dan satu badan polar pertama atau
polosit. Badan polar sering kali mengalami denegenrasi sebelum memasuki
pembelahan miosis kedua. Pada oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel
telur. Berdasarkan teori dari Adnan dan Mu’nisa (2013), Folikel telur
dibedakan atas dua jenis:
a) Folikel
primordial, merupakan folikel yang terdapat sebelum lahir yang diliputi oleh
satu lapisan se-sel berbentuk pipih.
b) Folikel
tumbuh, memiliki folikel yang sedang tumbuh yang terdiri atas sel-sel folikel,
oosit primer dan stroma yag menelilingi folikel. Dimana folikel tumbuh ini
terdiri dari:
· Folikel
primer: terdiri dari sebuah oosit yang dilapisi oleh selapis sel folikel yang
dipisahkan oleh zona pellusida.
· Folikel
sekunder: terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa sel
granulose.
· Folikel
tersier: volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar atau
banyak. Terdapat beberapa celah diantara sel-sel granulose. Jaringan ikat
stroma yang terdapat diluar stratum granulosum menyusun diri membentuk teka
interna yang berperan dalam jaringan penyambung bagian dalam dan teka eksterna
berperan sebagai jaringan penyambung bagian luar.
· Folikel
matang (folikel Graff): berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga
besar yang berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang
disebut corona radiate yang berfungsi sebagai pelindung oosit pada saat
ovulasi, saat-saat pembuahan, dan pada saat bergerak di dalam tuba fallopi, selanjutnya
dihubungkan oleh sel-sel granulose tetapi oleh tangkai penghubung yang disebut
Cumulus ooforus.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa
proses pembentukan sel kelamin jantan dan betina disebut juga Gametogenesis.
Proses gametogenesis terdiri atas dua pembentukan yaitu Spermatogenesis dan
Oogenesis, terdiri atas beberapa tahap antara lain:
1. Spermatogenesis yang terjadi di testis mencit jantan memiliki beberapa
tahap yaitu spermatogonium,
spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa.
2. Oogenesis
yang terjadi pada ovarium mencit betina memiliki beberapa tahap yang meliputi
oogonium, oosit primer, oosit sekunder, ootid an ovum. Dalam oogenesis sel
germa berkembang didalam folikel telur yakni folikel primordial, folikel
primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel matang (folikel Graff).
G.
Saran
Saran untuk laboran untuk
kedepannya yaitu hendaknya mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang lebih baik
dan baru, agar pelaksanaan praktikum dapat lebih maksimal. Serta untuk
praktikan agar tetap menjaga kebersihan dalam ruangan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum
Perkembangan Hewan.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar:
Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Barnes. 2005. Zoologi
Umum. Jakarta: Erlangga.
Bevelander, dkk. 1988. Dasar-dasar Histolgi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Reece,
dan Mitchel. 2010. Biologi
Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Partodihardjo,
Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Villee,
Walker, dan Barnes. 1984. Zoology umum
edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildam.
1994. Reproduksi dan Embriologi.
Tarsito: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar